- Back to Home »
- Materi »
- Unggah Ungguh Basa Jawa & Contohnya
Posted by : Unknown
Sabtu, 27 Februari 2016
1. Tingkat Tutur Ngoko
(Ragam Ngoko)
Yang dimaksud dengna ragam ngoko adalah bentuk unggah-ungguh bahasa jawa yang berintikan ngoko, atau yang menjadi unsur inti di dalam ragam ngoko adalah ngoko bukan yang lain. Afiks yang muncul dalam ragam ini pun semuanya berbentuk ngoko (misalnya, afiks di-, -e, dan –ake). Ragam ngoko dapat digunakan oleh mereka yang sudah akrab dan oleh mereka yang merasa dirinya lebih tinggi status sosialnya daripada lawan bicara (mitra wicara). Ragam ngoko mempunyai dua bentuk varian, yaitu ngoko lugu dan ngoko alus.
Yang dimaksud dengna ragam ngoko adalah bentuk unggah-ungguh bahasa jawa yang berintikan ngoko, atau yang menjadi unsur inti di dalam ragam ngoko adalah ngoko bukan yang lain. Afiks yang muncul dalam ragam ini pun semuanya berbentuk ngoko (misalnya, afiks di-, -e, dan –ake). Ragam ngoko dapat digunakan oleh mereka yang sudah akrab dan oleh mereka yang merasa dirinya lebih tinggi status sosialnya daripada lawan bicara (mitra wicara). Ragam ngoko mempunyai dua bentuk varian, yaitu ngoko lugu dan ngoko alus.
a. Ngoko Lugu
Semua kosakatanya berbentuk ngoko dan netral tanpa terselip krama, krama inggil, atau krama andhap, baik untuk orang pertama, kedua, maupun ketiga.
b. Ngoko Alus
Yang dimaksud dengan ngoko alus adalah bentuk unggah-ungguh yang di dalamnya bukan hanya terdiri atas ngoko dan netral saja, melainkan juga terdiri atas krama inggil, krama andhap, atau krama yang muncul di dalam ragam ini sebenarnya hanya digunakan untuk menghormati mitra wicara.
Semua kosakatanya berbentuk ngoko dan netral tanpa terselip krama, krama inggil, atau krama andhap, baik untuk orang pertama, kedua, maupun ketiga.
b. Ngoko Alus
Yang dimaksud dengan ngoko alus adalah bentuk unggah-ungguh yang di dalamnya bukan hanya terdiri atas ngoko dan netral saja, melainkan juga terdiri atas krama inggil, krama andhap, atau krama yang muncul di dalam ragam ini sebenarnya hanya digunakan untuk menghormati mitra wicara.
2. Tingkat Tutur Krama(Ragam Krama)
Yang dimaksud dengan ragam krama adalah bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang berintikan krama, atau yang menjadi unsur inti di dalam ragam krama adalah krama bukan yang lain. Afiks yang muncul dalam ragam ini pun semuanya berbentuk krama (misalnya, afiks dipun-, -ipun, dan –aken). Ragam krama digunakan oleh mereka yang belum akrab dan oleh mereka yang merasa dirinya lebih rendah status sosialnya daripada lawan bicara. Ragam krama mempunyai dua bentuk varian, yaitu krama lugu dan krama alus.
Yang dimaksud dengan ragam krama adalah bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang berintikan krama, atau yang menjadi unsur inti di dalam ragam krama adalah krama bukan yang lain. Afiks yang muncul dalam ragam ini pun semuanya berbentuk krama (misalnya, afiks dipun-, -ipun, dan –aken). Ragam krama digunakan oleh mereka yang belum akrab dan oleh mereka yang merasa dirinya lebih rendah status sosialnya daripada lawan bicara. Ragam krama mempunyai dua bentuk varian, yaitu krama lugu dan krama alus.
a.Krama Lugu
Secara semantis ragam krama lugu dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk ragam krama yang kadar kehalusannya rendah. Meskipun begitu, jika dibandingkan dengan ngoko alus, ragam krama lugu tetap menunjukkan kadar kehalusan.
b.Krama Alus
Yang dimaksud dengan krama alus adalah bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang semua kosakatanya terdiri atas krama dan dapat ditambah dengan krama inggil atau krama andhap. Meskipun begitu, yang menjadi inti dalam ragam ini hanyalah yang berbentuk krama. Leksikon madya dan leksikon ngoko tidak pernah muncul di dalam tingkat tutur ini. Selain itu, krama inggil atau krama andhap –secara konsisten- selalu digunakan untuk penghormatan terhadap mitra wicara.
Secara semantis ragam krama alus dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk ragam krama yang kadar kehalusannya tinggi
- Mbah kakung midhangetaken siyaran
ringgit wacucal
- Pakdhe tindak dhateng Tawangmangu nitih bis
- Ibu saweg dhahar sekul goreng
-
Simbah saweg sare
- Pakdhe tindak dhateng Tawangmangu nitih bis
- Ibu saweg dhahar sekul goreng
2. Tuladha ukara basa
ngoko alus :
- Mbah kakung midhangetaken siyaran wayang kulit
- Pakdhe tindak neng Tawangmangu numpak bis
- Eyang lagi dhahar sega goreng
- Simbah lagi sare
- Mbah kakung midhangetaken siyaran wayang kulit
- Pakdhe tindak neng Tawangmangu numpak bis
- Eyang lagi dhahar sega goreng
- Simbah lagi sare
3. Tuladha ukara basa
krama lugu :
- Mbah kakung mirengaken siyaran wayang kulit
- Pakdhe kesah dhateng Tawangmangu nitih bis
- Yanti saweg nedha sekul goreng
- Simbah saweg tilem
- Mbah kakung mirengaken siyaran wayang kulit
- Pakdhe kesah dhateng Tawangmangu nitih bis
- Yanti saweg nedha sekul goreng
- Simbah saweg tilem
4. Tuladha ukara basa
ngoko lugu :
- Mbah kakung ngrungokake siyaran wayang kulit
- Pakdhe lunga neng Tawangmangu numpak bis
- Aku lagi mangan sega goreng
- Sumbah lagi turu
Sumber : INI
- Mbah kakung ngrungokake siyaran wayang kulit
- Pakdhe lunga neng Tawangmangu numpak bis
- Aku lagi mangan sega goreng
- Sumbah lagi turu
Sumber : INI
Mbah kakung midhangetaken siyaran ringgit wacucal(Krama alus = oke)
BalasHapusMbah kakung midhangetaken siyaran wayang kulit (Ngoko Alus????)
Mbah kakung mirengaken siyaran wayang kulit (krma lugu?????)
Mbah kakung ngrungokake siyaran wayang kulit (ngoko Lugu = oke!)
Itu contohnya yang ngoko alus gak ketuker ya sama yang krama lugu?
BalasHapusAw
BalasHapusBasa sing trep ( Kula nyuwun pirsa bapak,lan bapak nyuwun pirsa Dhateng ibuk )
BalasHapus